 FINARYA LEGOH
Asisten deputi Data dan Informasi IPTEK Kemenristek
Orangtua mana yang tak menginginkan investasi pendidikan bagi masa depan anak-anaknya? Menjadi dokter, pengacara,teknokrat,dan ahli-ahli yang terpandang secara tingkatan sosial dan finansial telah menjadi impian mereka.
Apalagi perkembangan berbagai indikator global juga mensyaratkan kemampuan sumber daya manusia menjadi salah satu faktor keunggulan dan daya saing suatu negara. Tak luput dari perhatian adalah pendidikan bermutu bagi anak cerdas istimewa. Hal ini telah diamanatkan pula dalam Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional Tahun 2003 yang menyatakan perlunya memberi pendidikan khusus kepada peserta didik yang memiliki potensi dan kecerdasan istimewa.
Sebenarnya sejak 1970-an Indonesia telah memberi perhatian pada pendidikan anak cerdas istimewa dengan dirintisnya pemberian beasiswa bakat dan prestasi, mengizinkan siswa cerdas untuk loncat kelas, mengembangkan kelas- kelas khusus akselerasi dan bermunculannya sekolah unggulan untuk menampung keunggulan mereka.
Hanya sayangnya, meski banyak masukan dari para pakar pendidikan, kurikulum dan kualitas pendidik bagi kelas-kelas anak cerdas masih jauh dari sempurna karena kurang tepatnya proses seleksi siswa untuk mengikuti kelas akselerasi, padat dan rigid-nya kurikulum pendidikan di Indonesia, dan kurangnya kualitas dan kemampuan pendidik untuk berkreasi menjalankan proses belajar mengajar kepada siswa cerdas. Tengoklah Korea Selatan (Korsel) yang memacu dan menyejajarkan laju perekonomiannya dengan negara maju.
Investasi intelektualitas sumber daya dari pendidikan bermutu telah menjadi target kuat tiap keluarga yang tak dapat ditawar lagi. Keterpurukan Korea seusai perang dan ketiadaan sumber daya alamlah yang memacu mereka bahwa satu-satunya jalan untuk bangkit adalah menomorsatukan kualitas sumber daya manusianya. Sejak 1983 pendidikan bagi anak cerdas diupayakan Korsel dengan mendirikan Science High School yang saat ini berjumlah sekitar 20, tersebar di berbagai daerah.
Tahun 2002 Korsel menerbitkan Undang-Undang tentang Pendidikan Anak Cerdas Istimewa yang menjadikan pendidikan anak cerdas berkembang pesat karena adanya dukungan kebijakan dan pendanaan yang kuat dari pemerintah. Layanan pendidikan anak cerdas di Korsel terbagi atas 3 kategori: 1.Sekolah berbakat bagi anak usia minimum 12 tahun (kelas 7), dioperasikan dengan kurikulum yang pasti.
Setelah KSA memelopori sekolah berbakat dengan fokus pengembangan sains, pada tahun 2008 dibuka pula Seoul Science High School. 2. Di kota kecil atau di daerah pedesaan di mana siswa tidak mempunyai akses ke Pusat Pendidikan Berbakat, dikembangkan sekitar 580 kelas-kelas bagi pendidikan dasar,menengah dan tinggi. Kelas ini dijalankan seusai sekolah formal dan pada waktu liburan. Subjek utama adalah sains dan matematika selama 2- 4 jam tiap minggu, dengan sekitar 20 siswa per kelas. 3. Pusat Pendidikan Anak Cerdas (Gifted Education Center) : Ada 2 jenis mekanisme operasionalnya: a. Dioperasikan oleh dinas pendidikan lokal di sekitar 226 lokasi, yang aktivitasnya seusai pendidikan formal, akhir minggu dan liburan.
Siswa mengisi waktu sekitar 70-450 jam per tahun pada pusat tersebut. b.Dioperasikan oleh universitas di sekitar 40 lokasi,bagi tingkat dasar, menengah dan atas.Waktu yang dipakai selama akhir minggu dan liburan, sekitar 100 jam per tahun. Busan Science High School (BS),sekolah khusus bagi anak cerdas istimewa, baru dirintis tahun 1991.Tahun 2005 BS berganti nama menjadi Korea Science Academy (KSA) di bawah koordinasi Korea Advanced Institute for Science & Technology (KAIST). Sistem pendidikan KSA berbeda dengan Science High School umumnya karena pendidikan lebih difokuskan pada subjek penelitian dan pengembangan iptek dengan bimbingan para periset dari KAIST, dalam upaya membangun sumber daya manusia iptek papan atas.
Bayangkan kalau para pengajar KSA sedikitnya 50% bergelar PhD dan sisanya MSc,dengan rasio dengan siswa berbanding 1:6. Meskipun dikenal sulit untuk seleksi penerimaan siswanya, hebatnya tiga siswa Indonesia telah berhasil lolos seleksi dan kini mereka mengikuti pendidikan setingkat SMA di kelas internasional tahun ajaran 2010-2013. Pembentukan forum internasional bagi pengembangan anak cerdas istimewa merupakan salah satu bentuk program yang ditawarkan oleh Korsel kepada negara-negara anggota APEC dan ASEAN.
Dalam Forum ASEAN dan mitra kerja sama dibentuk ACGS - ASEAN Plus Three Center for Gifted in Science,bermitra dengan Korea, Jepang, dan China. Kiprah Korsel sangat nyata dalam Forum ini yang dipelopori oleh Prof Sang Chun Lee dari Khungnam University – Changwon,menunjukkan keseriusan dan komitmen negara terhadap pengembangan program anak cerdas istimewa. ACGS Centre kini tengah diupayakan di Gyeongnam Science Research Complex, dan rencananya gedung bertingkat 11 ini akan selesai pada 2012.
Salah satu program ACGS yang sukses adalah penyelenggaraan Kemah Siswa dan TrainingGuruTahunan, yang dananya sebagian besar disandang oleh pihak Korsel. 20-29 Juli 2010 adalah waktu penyelenggaraan keduanya. Indonesia mengirim 9 siswa berbakat dan 5 guru / mentor.Program ini diikuti oleh 8 delegasi negara, yakni Brunei Darussalam, Malaysia, Singapura, Thailand,Vietnam, Indonesia, Korea, dan Nigeria sebagai peserta khusus.Kegiatan bertempat di Khungnam University – Changwon. Selama seminggu,kegiatan kemah ilmiah dikemas secara menantang namun menyenangkan.
Para siswa diberi pembekalan materi oleh para pakar dengan topik Green Energy dan Low Carbon Green Growth, melakukan percobaan di laboratorium, dan kunjungan dan presentasi akhir hasil kerja kelompok. Mereka meninjau fasilitas litbang APEC Climate Centre,menikmati kekayaan alam - Eco Tour ke Nakdong River, dan kunjungan ke Changwon Science Centre. Mentor dan guru pendamping diberi kesempatan untuk mengikuti training pengembangan kemampuan dan kualitas pengajaran iptek secara gratis dari para pakar bidang pendidikan anak cerdas istimewa.
Hal ini tentunya membanggakan para peserta yang diberi kesempatan bertukar pikiran dengan sesama pendidik dari berbagai negara tentang problematika pengajaran siswa cerdas istimewa,sekaligus menimba pengalaman Korsel dalam pengembangan program tersebut. Sempat terpikir,mengapa Korsel begitu loyal mengeluarkan dananya bagi kegiatan seperti itu, yang ternyata tersirat tujuannya untuk mengangkat martabat Korsel di mata dunia selain menjalin jejaring dengan negara sahabat.
Begitulah cara cerdik Korsel dalam mempromosikan program pendidikannya sambil sekaligus promosi kekayaan budaya dan pariwisatanya. Indonesia sebenarnya unggul dalam memiliki jumlah yang signifikan anak-anak cerdas ber-IQ 125 ke atas.Penelitian Amril Muhammad mendapatkan sekitar 2,2% anak usia sekolah berkualifikasi cerdas istimewa.
Potensi ini seharusnya jangan disia-siakan dan mendapat perhatian yang lebih serius dari negara karena mereka merupakan keunggulan aset negara.Saat ini dukungan pemerintah cenderung sebatas akademik bidang sains, percepatan masa studi, dan ujian nasional semata, tetapi masih mengesampingkan pengembangan karakter, kompetensi dan kreativitas anak. Indonesia juga telah memiliki science centre yang merupakan jalur informal pendidikan yang disebut Pusat Peragaan Iptek (PPIPTEK). Didirikan sejak 1991 oleh Kementerian Riset dan Teknologi. Lembaga ini difungsikan untuk memfasilitasi dan melengkapi kebutuhan pembelajaran bagi anak cerdas istimewa selain bagi masyarakat luas karena kurangnya fasilitas praktik dan eksperimen di sekolah- sekolah umum.
Prinsip yang diterapkan adalah “bermain sambil belajar” karena akan memacu rasa keingintahuan siswa,meningkatkan kemampuan nalar dan daya kreativitas. Iptek diperkenalkan dengan tampilan yang berkesan, mudah, menarik, menyenangkan,dalam bentuk berbagai permainan, teka-teki, kuis, demonstrasi sains, kompetisi, dan lain-lain. Dengan koleksi sekitar 300 alat peraga interaktif yang ”harus disentuh mainkan”, PP-IPTEK memancing rasa ingin tahu, terutama bagi anak cerdas istimewa yang cenderung berpikir logis, haus akan pengetahuan,dan kreatif. PP-IPTEK juga mengembangkan program-program yang menantang dan menarik untuk pendekatan pembelajaran: discovery, inquiry, problem solving,imaginative, creative, keterampilan ilmiah, dan kecerdasan majemuk (multiple intelligences).
Namun, fasilitas dan program yang telah dikembangkan di PP-IPTEK masih kurang dimanfaatkan secara optimal oleh dunia pendidikan. Berbagai program dan peragaan untuk mengomunikasikan sains telah dikembangkan oleh PPIPTEK, bahkan program yang serupa di Korsel pun telah ada.Program dibagi dalam segmentasi umur, baik untuk pengembangan logika berpikir maupun peningkatan kreativitas dan inovasi, seperti roket air,sky party,science camp,sudut iptek, science fair, dan kitchen science. Tiap tahunnya berbagai kegiatan dan kompetisi digelar bagi siswa, guru,bahkan masyarakat luas.
Namun, menarik minat sekolahsekolah dan para pendidik rupanya tidak semudah itu, yang ujungujungnya dari kendala tersebut adalah rupiah. Karena itulah, pentingnya promosi dan komitmen pemerintah untuk terus berinvestasi mengembangkan science centre di seluruh pelosok Tanah Air agar pendidikan berkualitas dapat dinikmati masyarakat luas.
Menarik untuk disimak kalau Indonesia tergolong pelopor dalam hal pengembangan pendidikan bagi anak cerdas istimewa di negara ASEAN dan mitra tiga negara meskipun percepatan pengembangannya berjalan tertatih-tatih. Rupanya masih diperlukan perhatian yang lebih serius dan terintegrasi dari para penyandang kebijakan bidang pendidikan di negeri ini, apalagi mengingat peningkatan 20% anggaran pendidikan pemerintah sejak 2009 yang memberikan tawaran yang lebih konkret akan pentingnya investasi pendidikan anak cerdas istimewa bagi masa depan bangsa.
|
Tidak ada komentar:
Posting Komentar