Minggu, 19 September 2010

PENEMUAN SISWA SMP DAN SMK TIDAK KALAH SAING

Seorang anak SMPN 2 Denpasar, memperlihatkan temuannya, mesin pengukur energi listrik, pada Pameran Teknologi Informasi di Lapangan Puputan Badung, Bali, awal September. Alat itu bisa mendeteksi energi listrik lewat sebuah lampu. Ditemukan juga peralatan lainnya, seperti deteksi maling dan alat kontrol mati lampu dengan sinyal telepon genggam.
Sekarang, tak perlu lagi repot. Kapan dan di mana saja penerangan lampu rumah bisa terkontrol. Menyalakan dan mematikan lampu cukup dengan bantuan telepon genggam.

Ada lagi, alat sensor maling. Alat ini menggunakan infra merah dan sensor cahaya. Ketika ada orang yang lewat, sensor itu langsung menyambung ke tombol telepon genggam. Lalu, otomatis SMS yang sudah terkonsep akan sampai ke operator. Nah, langsung ketahuan ada maling.

Akan tetapi, jangan salah, semua penemuan itu merupakan hasil usaha kreatif anak-anak gabungan kelas I sampai kelas III SMP Negeri 2 Kota Denpasar, Bali. ”Iya, kami masih punya banyak penemuan, Kak. Semua ditemukan dan dirakit ramai-ramai,” kata salah satu siswa kelas dua, Rizkyadi Faisal (13), di stan pameran Teknologi, Informasi, dan Komunikasi, Denpasar, Jumat (3/9/2010).

Namun, ia sempat mengeluhkan dana. Ia pun berandai-andai jika dana berlebih, semua penemuan mereka ini bisa lebih dari yang ada sekarang. ”Iya, Kak. Alat sensor maling ini saja menghabiskan Rp 300.000. Andai saja ada dana lebih, alat ini bisa lebih sempurna,” ujar Rizkyadi.

Penjelasan yang antusias juga disampaikan Agus Setiawan (16), siswa kelas II SMK 2 Kota Denpasar. Agus, salah satu siswa yang piawai merakit laptop dan PC komputer. Satu laptop dengan spesifikasi, antara lain, Intel ATOM N270, 1 gigabyte, layar 10.2 WXGA dengan led display, mampu dirakit Agus dan teman-teman sekolahnya selama satu jam. Sementara PC komputer bisa dirakit dalam waktu 15 menit saja. Wow!

Tidak hanya itu, kepiawaian siswa SMK 2 Denpasar itu, kini, juga telah menjadi aset bagi perusahaan laptop dan PC komputer merek Advan seharga Rp 3 juta per unit dan Zyrex Rp 3,6 juta per unit. Para siswa ini yang merakit perangkat lunak dari dua merek tersebut. ”Kami memang tidak dibayar selayaknya pekerja. Tetapi, kami mendapatkan ilmu dan pengalaman kerja. Ini penting untuk kami selepas lulus nanti,” tutur Agus sambil memperlihatkan rakitannya.

Kepala Dinas Pendidikan, Pemuda, dan Olahraga Kota Denpasar I Gusti Ngurah Jelantik mengaku bangga dengan perkembangan siswa sekolah ini. Karena itu, ia mengatakan akan terus mengupayakan memajukan teknologi informasi (TI) di sekolah-sekolah.

Sejak 2007, Kota Denpasar merintis konsep sekolah berbasis teknologi informasi (TI). Sekarang mulai berjalan, dan salah satunya sistem cyber school untuk sekolah negeri. Jadi, masyarakat gampang mengakses informasi sekolah meski baru SMP dan SMA negeri di Denpasar.

Nah, mari berbangga dengan kreativitas kalangan remaja kita....
Bookmark and Share

Tidak ada komentar:

Posting Komentar