Selasa, 31 Agustus 2010

KETERKAITAN EKOSISTEM SECARA FISIK

Keterkaitan ekosistem secara fisik antara mangrove, lamun dan terumbu karang berlangsung 2 arah, baik dari arah darat menuju ke laut maupun dari laut menuju ke darat. Pergerakan massa air dari darat atau laut merupakan faktor fisik utama yang mempengaruhi ekosistem di daerah pesisir. Hogarth (2007), menyatakan bahwa mangrove memiliki kemampuan untuk menjebak zat hara, memerangkap sedimen dan melindungi pantai dari hempasan gelombang yang besar. Kemampuan ini berkaitan erat dengan uniknya struktur akar yang dimiliki mengrove. Bentuk akar yang bercabang-cabang dengan struktur yang rumit dan kompleks menyebabkan mangrove memiliki kemampuan membentuk daratan baru dari sedimen yang masuk ke daerah pesisir melalui sungai. Di India dan Pakistan, Sungai Indus membawa partikel sedimen terlarut sebanyak 200 juta ton setiap tahunnya yang sebagian besar diendapkan di daerah delta.

Sedimen yang berasal dari daratan dapat meningkatkan konsentrasi partikel tersuspensi di daerah pesisir sehingga kolom air menjadi bertambah keruh. Tingkat kekeruhan yang tinggi dapat menyebabkan tertutupnya polip karang sehingga menyebabkan proses fotosintesis di dalam sel-sel zooxanthellae dan proses difusi dalam polip karang terganggu. Furukawa et al., (1997) dalam Kathiresan 2001, melaporkan bahwa sekitar 80% dari sedimen yang memasuki Middle Creek di daerah Cairns Australia saat musim semi, diendapkan oleh mangrove. Banyaknya sedimen yang diendapkan berkisar antara 10 -12 kg/m2/tahun. Jika mangrove hilang dari daerah tersebut maka sedimen akan terus mengalir menuju laut dan menimbulkan efek negatif bagi organisme laut.

Hilangnya mangrove akibat badai dapat menyebabkan kerusakan yang parah bagi habitat di daerah pesisir. Pada tahun 1992, badai Andrew menghantam daerah mangrove di pesisir selatan wilayah Florida Amerika Serikat, menyebabkan tercabutnya tumbuhan mangrove hingga seluruh akarnya terangkat dari substrat. Akibatnya, terjadi erosi yang parah di daerah tersebut karena daratan yang sebelumnya ditumbuhi mangrove, digerus oleh ombak dan angin kemudian dibawa ke laut menjauhi pantai. Hal ini menyebabkan kekeruhan yang sangat tinggi di dalam kolom air dan menyebabkan kematian bagi banyak organisme laut yang hidup di sekitar daerah tersebut (Orihuela et al., 1991, Bouchon et al., 1991 dalam Kathiresan 2001).
Badai besar yang terjadi di daerah Karibia juga dapat mengubah struktur komunitas dari tumbuhan dan hewan yang hidup di daerah tersebut. Mc Coy et al., 1996 dalam Kathiresan 2001, melaporkan bahwa badai Andrew menyebabkan kerusakan parah bagi jenis mangrove berukuran besar seperti Laguncuria racemosa. Sedangkan jenis Rhizophora mangle yang memiliki ukuran tubuh lebih kecil tidak terpengaruh oleh badai tersebut. Rey et al., 1996 dalam Kathiresan 2001, melaporkan bahwa badai Andrew mengakibatkan masuknya air dalam jumlah besar ke daerah yang lebih tinggi dalam hutan mangrove yang sebelumnya tidak pernah/kurang terendam saat pasang tertinggi. Terendamnya substrat (inundation) dalam waktu yang lama oleh air laut yang dibawa badai tersebut menyebabkan matinya jenis Avicennia germinans karena akar nafas jenis mangrove ini sangat peka, sehingga tidak tahan jika terendam air dalam waktu yang lama. Daerah yang sebelumnya ditumbuhi oleh Avicennia germinans, beberapa tahun kemudian diisi oleh Rhizophora mangle. Proses suksesi ini juga diikuti oleh organisme lain terutama dari kelompok invertebrata yang hidup di sekitar akar mangrove.

Kathiresan (2001), menyatakan bahwa kerusakan hutan mangrove akibat badai juga memberikan dampak bagi organisme yang lain. Badai Gilbert dan Joan yang terjadi di Karibia pada tahun 1988 menyebabkan kematian massal bagi hewan invertebrata yang hidup di akar mangrove. Topan Hugo yang menghantam daerah Guadalupe menyebabkan matinya ikan dalam jumlah yang besar dan hilangnya daerah memijah.

Sumber:  Ciencias Marinas

Bookmark and Share

Tidak ada komentar:

Posting Komentar