Kamis, 02 September 2010

Tipe, Asal, Distribusi Geografis dan Zonasi Terumbu Karang

Formasi topografi terumbu karang dibentuk oleh proses geologi alam. Formasi topografi tersebut memberikan bentuk pertumbuhan yang mendominasi suatu zona dengan memperhatikan faktor jarak ekosistem terhadap daratan (pulau) ataupun laut lepas. Charels Darwin (1842) mengemukakan tiga perbedaan formasi yang dikenal dengan teori penenggelaman (Subsidence Theory). Secara umum terumbu karang terdiri atas tiga tipe: (1) terumbu karang tepi (fringing reef), (2) terumbu karang penghalang (barrier reef), dan (3) terumbu karang cincin atau atol. Terumbu karang tepi dan penghalang berkembang sepanjang pantai, namun perbedaannya adalah bahwa terumbu karang penghalang berkembang lebih jauh dari daratan dan berada di perairan yang lebih dalam dibandingkan dengan terumbu karang tepi. Terumbu karang cincin atau atol merupakan terumbu karang yang muncul dari perairan dalam dan jauh dari daratan.
Berbagai tipe terumbu mem­punyai asal dan riwayat yang  berbeda, tetapi perhatian dipusat­kan pada asal terumbu cincin/atol. Beberapa teori telah berkembang mengenai asal atol, namun salah satu yang masih diterima hingga kini adalah teori peneng­gelaman (subsidence theory) sebagaimana pertama kali dikemukakan oleh Darwin, melalui pengalamannya mem­pelajari terumbu karang di beberapa kawasan selama 5 tahun berlayar di atas kapal Beagle. Teori penenggelaman Darwin secara skematik diuraikan dalam.

Terumbu karang ditemukan di perairan dangkal daerah tropis, dengan suhu perairan rata-rata tahunan > 180C. Umumnya menyebar pada garis tropis antara Cancer dan Capricorn.
tk20
Terumbu karang tepi (Fringing Reef), yaitu terumbu karang yang terdapat di sepanjang pantai dan dalamnya tidak lebih dari 40 meter. Terumbu ini tumbuh ke permukaan dan ke arah laut terbuka.  Terumbu karang penghalang (Barrier Reefs), yaitu berada jauh dari pantai yang dipisahkan oleh goba (lagoon) dengan kedalaman 40 – 70 meter. Umumnya terumbu karang ini memanjang menyusuri pantai.  Atol (atolls), yang merupakan karang berbentuk melingkar seperti cincin yang muncul dari perairan yang dalam, jauh dari daratan dan melingkari gobah yang memiliki terumbu gobah atau terumbu petak.

Zonasi secara melintang berbeda bergantung pada posisi terumbu yang menghadap kearah datangnya angin dan gelombang atau terlindung dari hal-hal tersebut. Pada daerah windward (Arah datangnya angin) karang melimpah pada kedalaman kira-kira 50 m karena daerah tersebut sangat kaya dengan nutrisi yang diperlukan oleh karang. Sedangkan pada daerah leeward (terlindung dan menghadap laut) karangnya sangat sedikit karena daerah yang tandus dan didominasi oleh koloni porites (massive) yang kecil (Nybakken, 1992).
tk21
Pada terumbu karang karibia dearah karang dibagi menjadi bebeapa jenis berdasarkan atas kedalamannya, yaitu:
  • Karang dangkal
            Pada daerah ini banyak terjadi aktifitas fisik seperti gelombang, sedimentasi. Karang pada daerah ini dapat meredam energi gelombang sampai 97%. Zonasi pada daerah ini mengalami transisi dimana karang bercabang dan karang api cenderung lebih kearah darat. Karang ini beradaptasi terhadap tingkat sedimentasi yang tinggi. Jenis yang mendominasi pada daerah ini yakni jenis massiv seperti Porites.
  • Karang depan
            Zonasi pada daerah ini sangat kompleks. Daerah ini berada dibawah zona ombak pecah dan gelombang. Pada daerah ini banyak ditemukan jenis brancing seperti Acropora.
  • Slope karang depan dan karang depan yang dalam
            Daerah ini terdapat pada pertemuan teluk. Kedalamannya antara 30-35 m. Pada tempat ini tingkat kecuramannya lebih tinggi dibandingkan dengan daerah sebelumnya. Daerah ini bentuk topografinya brbukui-bukit dengan zonasi karang yang tidak jauh berbeda dengan daerah sebelumnya.
  • Dinding karang
            Daerah ini memiliki kedalaman antara 50-85 m. Tingkat kecuraman daerah ini yang paling tinggi dibandingkan daerah sebelumnya. Karang pada daerah ini kebanyakan bentuknya melebar untuk menangkap sinar matahari yang kurang (http://geology.uprm.edu).
tk22
Selain zonasi pada daerah yang dangkal terdapat juga zonasi karang pada daerah yang agak dalam, dengan kedalaman antara 60 m sampai 150 m. Zonasi tersebut disebut Twilight Zone. Pada zonasi ini sangat tergantung pada cahaya matahari. Zonasi ini ditemukan pada samudera terbuka yang jernih dimana cahaya matahari dapat tembus sampai kedalaman maksimum.  Pada batas atas yakni 60 m mewakili pertumbuhan optimal karang, sedangkan batas bawah mewakili batas intensitas cahaya matahari. Zonasi karang pada daerah ini masih sangat sedikit yang diselidiki sehingga data yang diperoleh masih sangat sedikit (http://www.bishopmuseum.org).

Manfaat Terumbu Karang
Variasi bentuk partumbuhan terumbu karang sangat kompleks dan luas, serta memiliki keunikan dan keindahan yang khas. Fungsi dan manfaat terumbu karang bagi kehidupan manusia sangat penting antara lain adalah sebagai tempat tinggal, berkembang biak dan mencari makan ribuan jenis ikan, hewan dan tumbuhan; sebagai sumber obat – obatan; sumber daya laut yang memilki nilai potensi ekonomi tinggi; laboratorium alam untuk penunjang pendidikan dan penelitian; pelindung pantai dari erosi dan abrasi; dan memiliki potensi untuk wisata bahari.  Akan tetapi terumbu karang merupakan ekosistem yang amat peka dan sensitif.  Proses pertumbuhan terumbu karang memerlukan waktu yang sangat lama untuk tumbuh dan berkembang biak. Terumbu karang, khususnya terumbu karang tepi dan penghalang, berperan penting sebagai pelindung pantai dari hempasan ombak dan arus kuat yang berasal dari laut.

Selain itu, terumbu karang mempunyai peran utama sebagai habitat (tempat tinggal), tempat mencari makanan (feeding ground), tempat asuhan dan pembesaran (nursery ground), tempat pemijahan (spawning ground) bagi berbagai biota yang hidup di terumbu karang atau sekitarnya.

Komposisi Biota Terumbu Karang
Terumbu karang merupakan habitat bagi beragam biota sebagai berikut:
  • Beraneka ragam avertebrata (hewan tak bertulang belakang): terutama karang batu (stony coral), juga berbagai krustasea, siput dan kerang-kerangan, ekinodermata (bulu babi, anemon laut, teripang, bintang laut dan leli laut).
  • Beraneka ragam ikan: 50 – 70% ikan karnivora oportunistik, 15% ikan herbivora dan sisanya omnivora.
  • Reptil : umumnya ular laut dan penyu laut.
  • Ganggang dan Rumput laut: algae koralin, algae hijau berkapur dan lamun.
 Populasi ikan terumbu karang berubah dari siang ke malam hari. Ikan pemakan plankton yang banyak tersebar di sekeliling terumbu pada siang hari, bersembunyi/berlindung di celah-celah terumbu pada malam hari. Ikan pencari makan pada malam hari sebagian besar pemakan bentos.   
Keanekaragaman biota dan keseimbangan ekosistem terumbu karang tergantung pada jala makanan.  Pengambilan jenis biota tertentu secara berlebihan dapat mengakibatkan peledakan populasi biota yang menjadi mangsanya, sehingga dapat mengganggu keseimbangan ekosistem.

Konektivitas Ekosistem Mangrove, Lamun, dan Terumbu Karang
Ekosistem mangrove, lamun, dan terumbu karang saling berinteraksi dalam lima tipe interaksi yaitu, fisik, bahan organik terlarut, bahan organik partikel, migrasi fauna dan dampak manusia (UNESCO, 1983 dalam Estradivari 2004). Padang lamun bersama-sama dengan mangrove dan terumbu karang merupakan salah satu pusat kekayaan nutfah dan keanekaragaman hayati di Indo Pasifik Barat (Romimohtarto dan Juwana, 2001). Ekosistem padang lamun berada diantara ekosistem mangrove dan terumbu karang sehingga interaksi ketiga ekosistem ini sangat erat (Rosalinda, 2006). Struktur dan sifat fisik dari ketiga ekosistem saling mendukung, sehingga apabila salah satu ekosistem terganggu akan menyebabkan ekosistem yang lain juga terganggu.
tk23
 Menurut Suharsono (1996), bahwa hubungan interaksi antara ketiga  ekosistem, yaitu :
1. Interaksi fisik
Komunitas lamun dan mangrove sangat bergantung pada keberadaan struktur kokoh dari bangunan kapur terumbu karang sebagai penghalang aksi hidrodinamis lautan, yaitu arus dan gelombang. Mekanisme interaksi fisik :
  • Reduksi energi gelombang
  • Reduksi sedimen, dan
  • Pengaturan pasokan air, baik air laut dan air tawar
Peran ganda ekosistem padang lamun :
  • Pemerangkap dan penstabil sedimen
  • Pemroduksi sedimen
Hutan mangrove juga berperan serupa dalam hal pemerangkap dan penyaring sedimen, sehingga sedimentasi dan pencemaran di perairan jauh berkurang.

2. Interaksi bahan organik partikel
Sejumlah besar bahan organik partikel yang masuk ke lautan berasal dari bahan organik terlarut dari daratan yang terakumulasi dan mengeras. Mayoritas bahan organik partikel akan dihancurkan terlebih dahulu oleh biota-biota mangrove sehingga membentuk fragmen yang lebih kecil.

3. Interaksi nutrien dan bahan organik terlarut
  • Nutrien anorganik, yaitu fosfor, nitrogen, dan zat hara.
  • Laut merupakan sistem yang miskin nutrien dan hara, sehingga sering menjadi faktor pembatas produktivitas primer.
  • Dalam konteks kebutuhan nutrient, maka komunitas mangrove dan lamun jauh lebih membutuhkan nutrient dibandingkan dengan komunitas karang.
  • Mangrove dan lamun dapat mempertahankan pasokan nutrient yang melimpah dari daratan kemudian memanfaatkannya. 
4. Interaksi migrasi biota
Ada dua kategori migrasi biota yaitu :
  • Migrasi jangka pendek untuk makan. Ada dua strategi migrasi makan, yaitu : edge (peripheral) feeders dan migratory feeders.
  • Migrasi daur hidup (ontogenic migration) antara ekosistem yang berbeda.
5. Interaksi dampak manusia
  • Domino effect
  • Kerusakan yang terjadi terhadap salah satu ekosistem dapat menimbulkan dampak lanjutan bagi ekosistem sekitarnya.
  • Bagi komunitas mangrove dan lamun, gangguan yang parah akibat kegiatan manusia beratai kerusakan dan musnahnya ekosistem.
  • Bagi komunitas karang, kerusakan yang terjadi dapat mengakibtakan konservasi dari komunitas batu yang keras menjadi komunitas yang didominasi biota lunak.
Sumber: Ciencias Marinas

Bookmark and Share

Tidak ada komentar:

Posting Komentar